Jakarta, [KOMDIS UNAS] — Rasisme dan diskriminasi masih menjadi tantangan sosial yang perlu mendapat perhatian serius, termasuk di lingkungan pendidikan tinggi. Menyadari hal tersebut, Komisi Disiplin Universitas Nasional (KOMDIS UNAS) menegaskan komitmennya untuk menolak segala bentuk rasisme di kampus dan bertekad menciptakan ruang belajar yang inklusif, adil, dan berkeadilan bagi semua.
Ketua Komisi Disiplin Universitas Nasional, Surajiman, menegaskan bahwa rasisme tidak dapat dibenarkan dalam bentuk apa pun, terlebih di dunia akademik yang seharusnya menjadi tempat berkembangnya nilai-nilai kemanusiaan dan pengetahuan. “Perguruan tinggi harus menjadi teladan dalam menghormati keberagaman. Kampus bukan tempat bagi diskriminasi, melainkan ruang dimana semua orang, tanpa memandang latar belakang, dapat berkembang bersama,” ujarnya. Menurut beliau, keberagaman etnis, budaya, dan agama yang dimiliki mahasiswa justru menjadi kekuatan utama bagi bangsa Indonesia untuk terus maju. “Keberagaman adalah modal sosial yang memperkaya cara berpikir dan memperluas wawasan generasi muda,” tambahnya.
Ketua Satgas PPKPT UNAS, Ummu Salamah, juga menyampaikan pandangannya mengenai pentingnya menumbuhkan kesadaran anti-rasisme di kalangan mahasiswa. “Mahasiswa memiliki peran penting sebagai agen perubahan. Dengan menolak rasisme, kita sedang membangun budaya kampus yang sehat dan menghargai perbedaan,” ujarnya dengan penuh semangat.
Pertemuan Ikatan Pelajar Mahasiswa Papua se-Jadetabek dengan Komdis UNAS
Universitas Nasional (UNAS) menggelar pertemuan bersama Ikatan Pelajar Mahasiswa Papua (IPMAPA) se-Jadetabek dan Komisi Disiplin (Komdis) UNAS dalam rangka membahas isu rasisme serta memperkuat komitmen menciptakan lingkungan kampus yang inklusif, aman, dan bebas diskriminasi. Pertemuan ini berlangsung di Restoran Omah D25, Jakarta, pada [Kamis, 06/10].
Dalam suasana penuh keterbukaan dan kekeluargaan, pertemuan ini menjadi wadah dialog antara pihak universitas dan mahasiswa asal Papua untuk saling bertukar pandangan mengenai pentingnya menjaga toleransi dan persatuan di lingkungan perguruan tinggi.
Acara ini dihadiri oleh perwakilan pimpinan UNAS, anggota Komdis, Papua Connect Pace, serta perwakilan pengurus IPMAPA se-Jadetabek.
Sekjen Papua Connect Pace, Cang Waicang, menyampaikan harapan bahwa UNAS dapat menjadi pionir bagi mahasiswa Papua yang berkuliah di UNAS agar dapat mencapai apa yang menjadi kebutuhan mereka yaitu Pendidikan hingga mendapat gelar sarjana.
Sementara itu, Ketua IPMAPA se-Jadetabek, Semifon Arikson Kambue, menyampaikan apresiasi atas keterbukaan pihak Universitas Nasional dalam mengakomodasi dialog ini. “UNAS bisa menjaga kekeluargaan, kekompakan dan kebersamaan seluruh mahasiswa baik dari Sabang sampai Merauke. Ini bukti bahwa kampus serius dalam menciptakan ruang yang inklusif dan berkeadilan,” ujarnya.
“Kampus adalah rumah bagi semua. Tidak boleh ada ruang bagi rasisme, intoleransi, atau tindakan diskriminatif di lingkungan akademik. Kami menghargai keberagaman dan bertekad menjaga persaudaraan diantara seluruh mahasiswa,” tegasnya.
Dalam pertemuan tersebut, kedua pihak sepakat memperkuat kerja sama untuk mengedukasi mahasiswa mengenai pentingnya menghormati perbedaan budaya, suku, dan latar belakang sosial. Selain itu, dibahas pula mekanisme penanganan kasus diskriminasi agar lebih transparan dan berpihak pada prinsip keadilan.
Andi Julia Rifiana, selaku perwakilan Komdis menambahkan bahwa universitas memiliki sistem yang jelas dalam menangani setiap laporan pelanggaran etika atau diskriminasi. “Kami memastikan setiap laporan akan ditangani dengan profesional dan objektif. Komdis hadir bukan untuk menghukum, tapi untuk membina dan memastikan nilai-nilai kemanusiaan dijunjung tinggi,” jelasnya. Pertemuan ini diakhiri dengan deklarasi bersama yang menegaskan komitmen untuk menolak rasisme dan membangun budaya kampus yang menghormati keberagaman. Langkah ini menjadi bukti nyata bahwa Komisi Disiplin Universitas Nasional bersama mahasiswa Papua berupaya menjadikan kampus sebagai tempat tumbuhnya solidaritas dan persaudaraan antarbangsa. (is)